Selasa, 18 Maret 2014

TEORI AKUNTANSI DAN PENGEMBANGANNYA KERANGKA KONSEPTUAL

A.    Pengertian

1.      Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi, sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut, meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.      Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur (belkaoui, 1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki beberapa tingkatan.

B.     Tujuan Kerangka Konseptual

Untuk memberikan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purposes financial statements).

C.     Perlunya Kerangka Konseptual

1.      Sebagai pedoman dalam menentukan standar akuntansi

2.      Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila standar yang sekarang ada, tidak mengatur isu-isu yang baru muncul

3.      Sebagai dasar membuat pertimbangan (judgement) dalam menyajikan laporan keuangan

4.      Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagi alternatif metode akuntansi yang ada.

D.    Elemen Kerangka Konseptual

Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:

1.      Tingkat Pertama

Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan tujuan pelaporan keuangan suatu kesatuan bisnis (organisasi bisnis) SFAC nomor 1.

SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi nirlaba.

2.      Tingkat Kedua

Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi SFAC nomor 2.

Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC nomor 3, kemudian diganti SFAC nomor 6, yang mengatur tentang unsure-unsur laporan keuangan baik untuk perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba (sektor publik).

3.      Tingkat Ketiga

Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC nomor 5.

SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan penyesuaian tingkat harga (tingkat inflasi).

4.      Tingkat Keempat

Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas, pelaporan earnings (dalam hal ini adalah laporan laba rugi).

II. STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

A.    Elemen-Elemen Teori Akuntansi

Masing-masing tingkatan memiliki hirerakinya. Menurut Belkaoui apapun metodologi dan pendekatan yang digunakan, apakah itu deduksi atau induksi, apakah deskriptif atau normatif, struktur akhir atau kerangka acuannya harus didasarkan pada unsur-unsur atau perangkat elemen-elemen dan hubungan yang mendasari pembangunan pengembangan teknik-teknik akuntansi.

Suatu struktur teori akuntansi menurut Ahmed Belkaoui harus mencakup elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai berikut:

1.      A Statement of objectives.

Merupakan tujuan dari financial statement atau laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi.

2.      A Statement of the postulate and theoretical concept of accounting.

Postulat-postulat dan konsep teori akuntansi berkaitan langsung dengan asumsi-asumsi lingkungan serta sifat daripada unit akuntansi yang dapat diturunkan dan tujuan yang telah dinyatakan.

3.      A Statement of basic accounting principle.

Prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulate maupun theoretical concepts.

4.      A Body of accounting techniques

Sekumpulan teknik-teknik atau prosedur akuntansi yang diturunkan dari accounting principles.

B.     Postulat, Konsep Teoritis, dan Prinsip Akuntansi

1.      Pengertian

a.       Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi beroperasi.

b.      Konsep teoritis akuntansi adalah juga pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.

c.       Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatu pengembangan teknik-teknik akuntansi.

d.      Teknik Akuntansi adalah aturan tertentu yang diterapkan berdasarkan prinsip akuntansi, digunakan sebagai pedoman untuk mencatatkan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.

2.      Pembahasan

a.       Postulat akuntansi

1)      Postulat entitas (entity)

Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya.

Jadi akuntansi lebih melihat bahwa entitas terpisah dari pemiliknya, artinya akuntansi tidak bisa dihasilkan jika setiap proses pengambilan pemilik tidak dilakukan proses pencatatan

2)      Postulat kelangsungan usaha (going concern)

Postulat kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktifitas yang sedang berjalan.

Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu. Postulat kelangsungan usaha menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi.

3)      Postulat unit pengukur (monentary unit)

Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan degan cara yang seragam. Pengukuran yang digunakan adalah unit moneter.

Jadi postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter.

4)      Postulat periode akuntansi (accounting period)

Periode akuntansi dibutuhkan investor untuk mengetahui kinerja operasional perusahaan. Oleh karena itu postulat ini berkebalikan dengan postulat keberlangsungan usaha.

Karena untuk postulat periode akuntansi, mensyaratkan perusahaan pada saat pembuatan laporan keuangan berarti perusahaan dalam kondisi likuidasi.

b.      Konsep Teoritis Akuntansi

1)      Teori Proprietary / Teori Kepemilikan

Menurut teori proprietary antita sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui wirausaha individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik.

2)      Teori Entitas

Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.

Rounded rectangle: aset = equites atau aset

= Liabilitas + Stockholders equities

3)      Teori Dana

Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan dana. Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba

Rounded rectangle : Aset = Batasan Pengguna Aset

c.       Prinsip Akuntansi

1)      Prinsip Kos (cost principle)

Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis merupakan dasar penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua barang dan jasa, expenses, kos, dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas yang dibelanjakan atau properti lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan, atau utang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diterima, atau seharusnya diterima.

2)      Prinsip Revenue (Revenue cost)

Prinsip-Prinsip revenue menspesifikasi:

a)    Sifat komponen-komponen revenue

(1)   Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa

(2)   Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan

(3)   Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama priose waktu tertentu

b)   Sifat dan komponen revenue menurut hendariiksen

(1)   Konsep produk lebih superior dari pada konsep aliran keluar, yang lebih superior dari pada konsep aliran masuk.

(2)   Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) revenue, sdangkan konsep aliran masuk membingungkan terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue

c)    Accounting Terminology Bulletin No. 2

Mendefinisikan Revenue “Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan jasa yang disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan dari penjualan atau pertukaran aset (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden yang diperoleh dari invesasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.

d)   Pengukuran Revenue, revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas (arm’s-length transaction)

Ada dua intepretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini:

(1)   Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian piutang yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa potongan tunai dan kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai expenses).

(2)   Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/ jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam menghitungnya.

e)    Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi, penjualan dan penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada siklus yang berbeda maka menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam aset atau utang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun.

f)    Diperlukan aturan spesifik atau pertimbangan yang diperlukan untuk mengakui perubahan aset dan utang. AAA membuat standar kriteria tersebut:

(1)   Diperoleh (earned), dalam satu atau bebeapa pengertian

(2)   Dalam bentuk yang dapat didistribusikan

(3)   Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak eksternal

(4)   Hasil dari penjualan yang saham atau proses serupa

(5)   Dipotong dari modal

(6)   Dalam bentuk aset lancar

(7)   Dampak kotor atau bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi dengan tingkat reliabilitas tinggi

Secara umum, revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar peristiwa kritis.

g)   Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat pengumpulan penjualan

Revenue diakui selama produksi jika:

(1)   Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).

(2)   Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih baik menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.

(3)   Revenue dari kontrak jangka panjang

(4)   Revenue atas cost plus fixed-fee contracts

(5)   Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan , sebagai contoh minuman keras anggur,  tanaman kayu, ternak dsb)

3)      Prinsip Penandingan (Matching Principle)

Secara operasional, ada dua tahap untuk akuntansi expenses:

a)      Kos dikapitalisir sebagai aset yang menggambarkan sekumpulan jasa atau manfaat potensial

b)      Setiap aset dihapus sebagai expenses untuk mengakui proporsi jasa potensial aset yang telah terpakai untuk menghasilkan revenue selama periode tertentu.

Jadi, akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian kapitalisasi dan alokasi dibanding akuntansi kas.

Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:

a)    Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good sold ditandingkan dengan penjualan)

b)   Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji direktur untuk periode tertentu)

c)    Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (contoh; depresiasi)

d)   Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses advertensi

Kos yang belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria untuk menjadikannya expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan penggunaan

4)      Prinsip Objektive (Objective principle)

Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah menggunakan prinsip objektifitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang digunakan.

5)      Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode.

6)      Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)

Terdapat konsensus di akuntansi bahwa pengungkapan data akuntansi yang penuh (full), wajar (fair) dan cukup (adequate).Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode.

7)      Prinsip Konservatisme (conservatism)

Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan reliabel.

8)      Prinsip Materialitas (Materiality)

Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi tersebut sesuai dengan PABU atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.

9)      Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas (comparability)

Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk item-item yang terkait dengan perusahaan antar waktu. Artinya penggunaan prosedur sama oleh perusahaan yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.

d.      Standar (Teknik) Akuntansi

Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga (entity) organisasi atau perusahaan.

Inilah yang sebenarnya digambarkan oleh Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika dan APB Statement menjadi FASB Statement. Standar ini diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan yang baku. Standar akuntansi ini akan secara terus-menerus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dunia usaha,dan kemajuan teknologi.

Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:

1)      Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.

2)      Memberikan pedoman bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya secara hati-hati dan independen.

3)      Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam perhitungan PPh, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efisiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.

4)      Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:

1)      Fase peranan manajemen (1990-1933)

Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang timbul di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan berdasarkan pada teori yang ada.

2)      Fase peranan profesi (1933-1973)

Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan organisasi profesi masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan atau otoritasnya tidak jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang pada akhirnya meniptakan fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.

3)      Fase politisasi (1973-sekarang)

Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah menimbulkan kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan politisasi dalam perumusan standar akuntansi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar